Sederet Fakta! Sudah Tiga Paus Mati di Perairan Bali Apa Penyebabnya?
Portalberita.one – Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar di Bali melaporkan ada tiga ekor paus mati terdampar di perairan Bali pada Januari hingga April 2023.
Paus pertama yang ditemukan mati adalah bangkai paus Bridian yang terdampar di Pantai Mungo, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (19/1) lalu.
Kemudian, paus sperma kedua yang terdampar dan mati di Pantai Yeh Malet, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (5/4), dan terakhir paus sperma kedua yang terdampar dan mati di Pantai Yeh Leh, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jambrana, Bali, Sabtu (8/4).
“Ini kejadian ketiga dalam (beberapa waktu) ini di Bali,” kata Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso, saat dikonfirmasi Senin (20/4).
Ia menjelaskan, untuk seekor paus sperma yang mati di pesisir Pantai Yeh Leh, Desa Pengraguan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jeprana, Provinsi Bali, dilakukan otopsi paus sperma pada Minggu (9/4). Mulai pukul 14.00 WITA hingga 18.00 WITA.
Tim laboratorium dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, ikut serta dalam penyelidikan tersebut.
Selain itu, petugas menemukan sisa makanan berupa bakteri cumi-cumi dan cacing di saluran pencernaan paus. dia menambahkan.
Ia juga menyebutkan, hal yang sama juga ditemukan saat pemeriksaan otopsi paus sperma yang terdampar di pesisir Pantai Yeh Malet, Desa Antiga Kelud, Kecamatan Mangis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Rabu (5/4) lalu.
Sementara itu, selama pemeriksaan, petugas juga mengambil sampel gigi, jaringan kulit, dan cairan untuk dianalisis. Analisis dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian paus dan usia paus. Kemudian, sampel tersebut akan diuji di laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.
Sementara, dalam pemeriksaan petugas juga mengambil sampel gigi, jaringan kulit, dan cairan, untuk dianalisa. Analisa dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian paus dan umur paus tersebut. Kemudian, sampel itu akan diuji di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Baca Juga : Bunda Harus Tau, 6 Tips Cegah Anak Agar Tidak Sakit Saat Perjalanan Mudik
“Adapun jenis kelamin paus betina. Umur belum ketahui, diperkirakan usia remaja ke dewasa. Umur paus belum diketahui, masih menunggu hasil laboratorium,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, hal yang sama juga ditemukan saat pemeriksaan otopsi paus sperma yang terdampar di pesisir Pantai Yeh Malet, Desa Antiga Kelud, Kecamatan Mangis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Rabu (5/4) lalu.
“Untuk sakitnya apa,.masih menunggu hasil laboratorium. Kami melihat ada luka, namun bukan luka terbuka. Luka di organ dalam yang kemungkinan karena terkena benturan batu karang,” ujarnya.
Setelah dibedah, bangkai paus akan dikubur menggunakan ekskavator di area kosong satu kilometer dari pantai tempat ditemukannya bangkai tersebut.
Bangkai paus dengan panjang sekitar 17,2 meter itu dipotong terlebih dahulu untuk memudahkan proses penguburan dan diangkut ke lokasi pemakaman menggunakan truk.
“Lokasi penguburan dilakukan area sekitar 1 kilometer dari pesisir pantai untuk menghindari risiko bau. Karena pada tahun 2018 lalu pernah ada bangkai paus terdampar dan dikuburkan di lokasi yang sama. Begitu terkena gelombang pasang, pasirnya naik dan menimbulkan bau,” ujarnya.
Dugaan Penyebab
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali, R Agus Budi Santosa menyampaikan sejumlah fenomena paus mati terdampar di sejumlah pantai di Bali.
Banyak hal yang diduga menjadi penyebab kematian paus ini, mulai dari jalur migrasi tahunan hingga kebisingan di laut.. “Dari hasil-hasil penelitian yang saya baca ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terdamparnya mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba diantaranya kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar,” ujarnya.
“Seperti misalnya yang terjadi di laut Bahamas pada tahun 2000, di mana ditemukan paus yang terdampar dan diduga penyebabnya akibat pengaruh suara dari sonar yang digunakan oleh angkatan laut,” lanjutnya.
Sementara bukti lain dari efek sonar yang dihasilkan dilaporkan oleh Funk dan Martin pada tahun 1989, Simmonds dan López-Jurado pada tahun 1991, kemudian Frantzis pada tahun 1998 dan Frantzis dan Cibrian pada tahun 1999.
“Mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Lonia. Selain itu paus jenis sperma mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini,” ujarnya.
Selain itu, penyebab kematian dan terdamparnya paus berasal dari perubahan cuaca, arus ekstrim, dan garis laut. Salah satu contohnya terjadi di Purbalinga, Jawa Tengah, pada tahun 2016 dimana 32 ekor paus terdampar dalam waktu bersamaan.
“Dan bencana alam, paus memiliki naluri terhadap bencana alam, mereka akan mencari tempat berlindung yang menyebabkan tersesat.
“Yang perlu juga dipahami Perairan Pulau Bali merupakan jalur migrasi tahunan mamalia laut besar termasuk paus sperma ini. Mayoritas ikan dan mamalia laut mengikuti upwheeling arus hangat yang kaya akan plankton ini,” ujarnya.
Baca Juga : Twitter Ganti Logo Jadi Shiba Inu, Dogecoin Meroket 30 Persen